IDENTIFIKASI BAKTERI DENGAN
PEWARNAAN
DAN
MORFOLOGI KOLONI DAN UJI BIOKIMIA
KAMIS, 16 MEI 2013
LAPORAN
MIKROBIOLOGI FARMASI
OLEH :
KELOMPOK
K1-3
1.
Mas’uliatin
Nasucha (122210101036)
2.
Ika Nur
Masruroh (122210101040)
3.
Mufitriatus
Sholikhah (122210101048)
4.
Shahnaz
Apsari M. (122210101051)
BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri
mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas. Bakteri
merupakan mikroorganisme yang berukuran mikroskopik. Selain mikroskopik,
bakteri juga hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.
Sehingga melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri.
Ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi. Hal itu untuk mempernudah proses identifikasi bakteri.
Untuk mengidentifikasi suatu biakan murni bakteri hasil isolasi mula-mula
diamati morfologi sel secara mikroskopik melalui pengecetan atau pewarnaa,
salah satunya adalah dengan pewarnaan gram. Pewarnaan gram merupakan salah
satu prosedur yang paling banyak digunakan untuk mencirikan banyak bakteri.
Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram,
bentuk sel, dan penataan sel. Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu
metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar,
Gram positif dan gram negatif, berdasarka sifat kimia dan fisika dinding sel mereka,
metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan denmark hans Christian
gram 1884. Pewarnaan Gram dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan majemuk karena
menggunakan lebih dari satu macam zat warna. Dan pewarnaan diferensial karena
pewarnaan ini mampu mengdeferensiasi atau membedakan bakteri, sehingga bakteri
dapat digolongkan menjadi dua yaitu Gram negatif dan Gram positif.
Selain dengan pewarnaan atau pengecatan,
identifikasi bakteri dapat berupa melihat morfologi koloni dan uji biokimia
bakteri. Morfologi bakteri meliputi bentuk, ukuran, tekstur, warna koloni,dll.
Semantara uji biokimia dilakukan untuk memastikan jenis/spesies bakterinya.
Oleh
karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui teknik pewarnaan bakteri,
morfologi koloni, dan uji biokimia sehingga dapat mempernudah untuk
isdentifikasi bakteri.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi
bakteri dengan pewarnaan
1.2.1.1
Apa macam-macam pewarnaan kuman?
1.2.1.2
Bagaimana melakukan pewarnaan kuman?
1.2.2 Morfologi
Koloni dan Uji Biokimia
1.2.2.1
Bagaimana membedakan sifat morfologi
koloni kuman?
1.2.2.2
Apa karakteristik kuman berdasar sifat
biokimia yang khas?
1.3 Tujuan
Praktikum
1.3.1 Identifikasi
bakteri dengan pewarnaan
1.3.1.1
Mahasiswa mengenal macam-macam pewarnaan
kuman
1.3.1.2
Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan
kuman
1.3.2 Morfologi
Koloni dan Uji Biokimia
1.3.2.1
Mahasiswa dapat membedakan sifat
morfologi koloni kuman
1.3.2.2
Mahasiswa memahami karakteristik kuman
berdasar sifat biokimia yang khas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Identifikasi bakteri dengan pewarnaan
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo,
2007) . Salah satu cara
untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah
dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan.
Pewarnaan
atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan baik secara langsung (bersama
bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan
dari pewarnaan tersebut ialah untuk :
1. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi,
ataupun fungi.
2. Memperjelas
ukuran dan bentuk jasad.
3. Melihat
struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
4. Melihat
reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan
kimia yang ada akan dapat diketahui.
(Suriawiria,
1999)
Ada tiga macam prosedur
pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial
(differential strain), dan pewarnaan khusus (special strain) (Pratiwi,
2008).
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan
satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan
sekelilingnya. Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan
ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada
mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil),
dan spiral (Lay,
1994).
Pewarnaan
bakteri yang menggunakan lebih dari satu zat warna seperti pewarnaan gram dan
pewarnaan tahan asam.
Pewarnaan gram adalah salah satu teknik pewarnaan
diferensial yang paling penting dan paling luas digunakan untuk bakteri.
Bakteri yang diwarnai dengan metode gram ini dibagi menjadi dua kelompok, salah
satu diantaranya bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (Pelczar
& Chan, 1986).
Pada pewarnaan gram, bakteri yang telah
difiksasi dengan panas sehingga membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan
pewarna basa yaitu crystal violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka
pewarna ini disebut pewarna primer. Selanjutnya noda dicuci dan pada noda
spesimen ditetesi iodin yang merupakan mordant. Setelah iodin dicuci, baik
bakteri Gram Positif maupun Gram Negatif tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda
spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa
peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu dapat menghilangkan warna
ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen diwarnai kembali dengan
safranin yang merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap
berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram Positif, sedangkan bakteri yang
berwarna merahdigoongkan ke dalam Gram Negatif (Suriawiria,
1999).
Perbedaan warna antara bakteri Gram
Negatif dan bakteri Gram Positif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada
dinding sel nya. Dinding Gram Positif mengandung banyak peptidoglikan,sedangkan
dinding bakteri Gram Negatif banyak mengandung lipopolisakarida(Suriawiria,
1999).
Pewarna yang digunakan antara lain :
kristal violet sebagai gram A, iodine sebagai gram B, alkohol sebagai gram C,
serta safranin sebagai gram D.
Bakteri tahan asam
merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa
diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan
asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis (Pelczar
& Chan, 1986).
2.2 Morfologi Koloni dan Uji Biokimia
Pengamatan morfologi bakteri meliputi
bentuk, ukuran, tekstur, dan warna koloni. Bakteri
memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang
berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil
pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada
coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus
pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Hadioetomo,
1993).
Ciri fisiologi
ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi
spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis biakan atau pun sel
bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis
yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidak
mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi sebagian mikroba seperti
bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat
tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi tipe metabolit tentunya yang
dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen test yang mana menghasilkan
perubahan warna reagen.
Koloni-koloni terpilih dimurnikan dengan cara goresan
berulang pada medium NA+0,5% NaCl hingga
diperoleh isolat murni. Isolat murni diidentifikasi dengan mengenali
karakternya, yaitu dengan mencatat karakter koloni, pengamatan morfologi sel
dengan pewarnaan Gram, dan pewarnaan endospora menggunakan malachite green.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Kaca objek
2. Lap
kertas
3. kertas
serap
4. mikroskop
5. botol
pijit
Bahan
1. isopropil
alkohol 95%
2. biru
metilan
3. karbol
fuksin
4. iodium
5. safranin
6. air
7. E. coli
8. B.
subtilis
9. Staphylococcus
aureus
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Pembuatan Preparat Oles
- Bersihkan kaca objek sehingga bebas dari lemak dan kotoran
- Teteskan beberapa tetes isopropil alkohol 95% pada kedua permukaan kaca objek dan keringkan dengan lap kertas.
- Buatlah lingkaran di tengah-tengah permukaan bawah kaca objek. Hal ini untuk membantu meletakkan olesan mikroba dengan tepat.
- Ambil inokulum bakteri dan sebarkan olesan tersebut hingga merata
- Biarkan olesan tersebut kering udara hingga betul-betul kering.
- Lakukan fiksasi panas dengan melayangkan kaca objek di atas panas api
- Siapkan preparat olesan bakteri B. subtilis dan E. coli yang telah difiksasi panas dimana dibuat 2 preparat untuk tiap bakteri
- Letakkan kaca objek di atas bak pewarnaan dan genangi olesan tersebut dengan zat warna
biru metilen untuk preparat pertama dan zat warna karbol fuksin untuk preparat kedua. - Biarkan terwarnai biru metilen selama 1-2 menit atau selama 15-30 detik untuk pewarnaan
dengan karbol fuksin - Peganglah kaca objek dengan penjepit dan miringkan kemudian bilas dengan air hingga
zat warna hilang atau sedikit sekali - Keringkan air pada permukaan preparat dengan kertas serap.
- Amati morfologi spesien pada masing-masing preparat di bawah mikroskop.
- Buat preparat oles dari bakteri E. coli dan S. aureus
- Beri kristal ungu selama 1 menit
- Buang kelebihan kristal ungu dengan memiringkan kaca objek di atas bak pewarna
- Bilas dengan air menggunakan botol pijit
- Tiriskan kaca objek dan kembalikan ke atas rak pada bak pewarna
- Beri larutan iodium gram selama 2 menit
- Buang kelebihan iodium dengan memiringkan kaca objek
- Bilas dengan air memakai botol pijit
- Cuci dengan etanol 95% setetes demi setetes selama 30 detik atau sampai zat ungu kristal
tidak tampak lagi mengalir dari kaca objek. - Cuci dengan sir lalu tiriskan
- Beri safranin selama 30 detik
Buang kelebihan safranin lalu bilas dengan air - Tiriskan kaca objek dan serap kelebihan air dengan menekankan kertas serap di atasnya
- Amati di bawah mikroskop.
BAB
IV
HASIL
DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada praktikum kali ini, dilakukan
perwarnaan gram dan pewarnaan sederhana serta morfologi koloni yang ada pada
bakteri. Pada pewarnaan Gram, bakteri yang digunakan yaitu Esterichia coli, Staphylococcus aureus dan Bacillus subtillis. Sedangkan pada pewarnaan sederhana, menggunakan
bakteri Esterichia coli dan Bacillus
subtillis.
Dari hasil pewarnaan Gram dan setelah
diamati dengan bantuan mikroskop elektron dapat diketahui bahwa :
·
Esterichia
coli merupakan bakteri gram negatif karena berwarna merah, morfologinya
kokobasil, dan bentuk yang cenderung ke batang panjang. Bakteri ini ada yang
soliter, namun ada juga yang tampak bergerombol atau berpasangan.
·
Staphylococcus
aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu, morfologinya
stafilokokus, dan berbentuk bulat. Bakteri ini umumnya tumbuh bergorombol
sehingga tampak seperti anggur.
·
Bacillus
subtillis merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu, morfologinya
basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai atau
terpisah.
Sedangkan
hasil dari pewarnaan sederhana dan setelah diamati dengan menggunakan
mikroskop elektron sama dengan hasil pengamatan pada pewarnaan gram diatas yang
dapat diketahui bahwa :
·
Esterichia
coli termasuk dalam bakteri gram negatif karena berwarna merah. E.coli
memiliki morfologi kokobasil, dan bentuknya yang cenderung ke batang panjang. Bakteri
ini ada yang soliter, bergerombol atau berpasangan.
·
Bacillus
subtillis merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu. Bakteri ini
memiliki morfologi basil. Biasanya bentuk rantai atau terpisah.
Dari pengamatan yang telah dilakukan, juga
dapat diketahui bahwa bentuk Bacillus
subtillis lebih panjang dibandingkan dengan bentuk E.coli.
Berikut hasil
pengamatan berupa gambar :
Gambar
|
Bakteri
|
Pewarnaan Gram
|
|
Esterichia coli
|
|
Staphylococcus aureus
|
|
Bacillus subtillis
|
|
Pewarnaan Sederhana
|
|
Bacillus subtillis
|
4.2 Pembahasan
Untuk
mengamati bakteri di bawah mikroskop,
kita memerlukan pewarnaan bakteri dengan menggunakan pewarna karena
sebagian bakteri tidak berwarna. Tujuannya adalah untuk memudahkan dalam
mengidentifikasi bakteri.
Ada
3 macam pewarnaan yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi bakteri, yaitu
pewarnaan sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial (differential stain),
dan pewarnaan khusus (special stain).Namun dalam praktikum ini kami hanya
melakukan pewarnaan sederhana dan pewarnaan diferensial yaitu pewarnaan gram.
Hal
pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pewarnaan adalah pembuatan
preparat oles. Caranya adalah dengan
membersihkan kaca objek dengan alkohol sehingga bebas dari lemak.
Kemudian membuat sediaan preparat dalam bentuk suspensi. Lalu memijarkan ose
dan didinginkan. Setelah itu mencelupkan ose ke dalam suspensi bakteri dan
goreskan pada kaca objek. Jika bakteri yang akan diperiksa terdapat pada medium
padat(media agar), maka meneteskan NaCl Fisiologis terlebih dahulu pada kaca
preparat kemudian menggoreskan bakteri tersebut dengan ose. Dan yang terakhir
adalah mengeringkan preparat dan melakukan fiksasi. Mengeringkan preparat
dilakukan dengan mengangin anginkan pada suhu ruang dan fiksasi dilakukan
dengan cara melewatkan preparat di atas api sebanyak tiga kali. Fiksasi
dilakukan agar bakteri tetap berada di kaca preparat dan tidak berpindah
kemana-mana. Karena ada kemungkinan besar bakteri yang sudah di fiksasi itu
mati dan tetap tinggal di kaca preparat.
Setelah
pembuatan preparat oles selesai, dilanjutkan dengan prosespewarnaan. Pada pewarnaan
sederhana hanya digunakan satu macam pewarna dan bertujuan mewarnai seluruh
sel mikroorganisme sehingga bentuk seluler dan struktur dasarnya dapat
terilihat.
Contoh zat warna seperti: Metilen Blue, Karbol
Violet dan Air Fucshin.
Dalam
praktikum ini bakteri yang digunakan dalam pewarnaan sederhana adalah E.coli
dan B.subtilis dan pewarna yang digunakan adalah kristal ungu. Pertama
adalah meletakkan kaca objek di atas bak pewarnaan dan mengggenangi olesan
tersebut dengan zat warna kristal ungu lalu mendiamkan hingga 1 menit. Kemudian
memiringkan preparat dan membilas dengan
air hingga zat warna hilang atau sedikit sekali. Setelah itu mengeringkan air
pada permukaan preparat dengan kertas serap. Preparat pun siap diamati di
mikroskop.
Bacillus
subtillis berwarna ungu setelah
penambahan zat warna kristal ungu. Dan setelah diamati dengan mikroskop, bakteri
ini memiliki morfologi basil. Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Eschericia coli setelah
penambahan zat warna kristal ungu warnanya menjadi ungu. Dan setelah diamati
dengan mikroskop E.coli memiliki morfologi
kokobasil, dan bentuknya yang cenderung ke batang panjang. Bakteri ini ada yang
soliter, bergerombol atau berpasangan.Pada Bacillus subtillis dan Eschericia coli saat penambahan zat warna menghasilkan warna
yang sama yaitu ungu sehingga tidak bisa membedakan ciri bakteri yang satu
dengan yang lain misalnya apakak termasuk bakteri gram positif atau gram
negatif. Hal ini dikarenan pewarnaan ini hanya untuk mewarnai seluruh sel mikroorganisme sehingga
bentuk seluler dan struktur dasarnya dapat terilihat dan tidak untuk membedakan
bakteri.
Pewarnaan gram
menggunakan lebih dari satu pewarna dan memiliki reaksi yang berbeda untuk
setiap bakteri sehingga digunakan untuk membedakan bakteri. Pewarnaan gram ini
mampu membedakan dua kelompok besar bakteri, yaitu Gram positf dan Gram
negatif.
Pada praktikum ini bakteri yang digunakan dalam pewarnaan gram adalah Bacillus subtillis, Eschericia coli, dan St.Aureus
menggunakan zat warna kristal ungu, larutan iodium, alkohol, dan safranin.
Hal pertama adalah membuat preparat oles dari bakteri Bacillus subtillis, Eschericia coli, dan St.Aureus. Setelah pembuatan preparat dan proses
fiksasi selesai maka dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Zat warna pertama
yang digunakan adalah kristal ungu. Preparat diberi kristal ungu dan didiamkan
selama 1 menit. Kelebihan kristal ungu dibuang dan membilas preparat dengan
air. Lalu mengeringkan dengan tissue. Hasil yang terjadi adalah ketiga bakteri
menjadi berwarna ungu. Tidak ada perbedaan antar ketiganya.
Kemudian preparat ditetesi iodin yang merupakan mordant (penajam). Setelah
iodin dicuci, baik Bacillus
subtillis, Eschericia coli, dan St.Aureus tampak berwarna ungu. Selanjutnya preparat diberi
alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa peluntur warna) pada spesies
bakteri tertentu. Setelah alkohol dicuci, bakteri Bacillus subtillis dan St.Aureus tampak masi berwarna ungu.
Namun untuk bakteri Eschericia coli menjadi tidak berwarna. Warna ungu
nya telah hilang.
Zat warna terakhir yang diberikan adalah safranin. Safranin merupakan zat
warna basa berwarna merah. Preparat kemudian dicuci dan dikeringkan. Hasilnya
adalah bakteri Bacillus subtillis dan St.Aureus tetap berwarna
ungu sedangkan bakteri Eschericia coli menjadi berwarna merah.Dari hasil
pewarnaan gram, dapat diketahui bahwa Bacillus subtillis dan St.Aureus digolongkan ke dalam Gram Positif dan bakteri Eschericia
coli digolongkan ke dalam Gram Negatif.
Perbedaan warna antara bakteri Gram positif dan
Gram negatif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding sel nya.
Dinding bakteri Gram positif banyak mengandung peptidoglikan sedangkan dinding
bakteri Gram negatif banyak mengandung lipopolisakarida.Kompleks kristal
ungu-iodin yang masuk ke dalam dinding sel bakteri Gram positif tidak dapat
dicuci oleh alkohol karena adanya lapisan peptidoglikan yang kokoh pada dinding
sel; sedangkan pada bakteri Gram negatif, alkohol akan merusak
lipopolisakarida. Kompleks kristal ungu-iodin yang pada dinding sel bakteri
Gram negatif dapat tercuci dan menyebabkan sel bakteri tampak transparan yang
akan berwarna merah setelah diberi safranin.
Untuk melihat morfologi bakteri, kita harus
mengamatinya di bawah mikroskop. Ada beberapa bentuk dasar bakteri yaitu bulat
(tunggal: coccus, jamak: cocci), batang (tunggal: bacillus, jamak: bacilli),
dan spiral yaitu batang melengkung atau melingkar-lingkar. Bentuk bulat
dibedakan menjadi coccus, diplococci, streptococci, tetrad, sarcina, dan
staphylococci. Sedangkan bentuk batang dibedakan menjadi bacillus,
diplobacilli, streptobacilli, dan coccobacillus. Dan bentuk spiral dibedakan
menjadi vibrio, spirilla, dan spirochaeta.
Sebelum pengamatan dengan
mikroskop, preparat di tetesi oleh oleum emersi dahulu. Dari pengamatan yang terlihat bahwa Esterichia coli
morfologinya kokobasil, dan bentuk yang cenderung ke batang panjang. Bakteri
ini ada yang soliter, namun ada juga yang tampak bergerombol atau berpasangan. Staphylococcus aureus morfologinya
stafilokokus, dan berbentuk bulat. Bakteri ini umumnya tumbuh bergorombol
sehingga tampak seperti anggur. Dan Bacillus
subtillis morfologinya basil, ada yang tebal dan yang
tipis. Biasanya bentuk rantai atau
terpisah.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1.
Ada tiga macam prosedur
pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana (simple stain), pewarnaan diferensial
(differential strain), dan pewarnaan khusus (special strain).
2.
Esterichia
coli
merupakan bakteri gram negatif karena berwarna merah, morfologinya kokobasil,
dan bentuk yang cenderung ke batang panjang.
3.
Staphylococcus
aureus merupakan
bakteri gram positif karena berwarna ungu, morfologinya stafilokokus, dan
berbentuk bulat.
4. Bacillus subtillis
merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu, morfologinya basil, ada yang tebal dan yang tipis.
5.2 Saran
Untuk praktikum berikutnya supaya alat disediakan lebih banyak,
sehingga tidak
menghabiskan banyak waktu saat bergantian alat. Dan
alangkah baiknya jika ada asisten dosen yang menjaga sehingga praktikan lebih
mudah bertanya saat mendapati kesulitan dalam melakukan pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.
Jakarta
: Gramedia.
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium.
Jakarta
: Rajawali.
Pelczar &
Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : Universitas Indonesia.
Pratiwi, S.
2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.
Suriawiria, U.
1999. Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Waluyo. 2004. Mikrobiologi
Tanah. Jakarta
: CV Rajawali.
Waluyo, L. 2007.
Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.
thanks infonya, aanpariansyah.student.ipb,ac.id
BalasHapusizin mengambil beberapa info literaturnya, terimakasih :).
BalasHapus